Lebaran di Balik Jeruji: Secercah Harapan di Ruang Tahanan Polsek Pademangan
- Redaksi
- Selasa, 01 April 2025 12:48
- 44 Lihat
- Polri

Jakarta, Media Budaya Indonesia.Com – Suasana pagi di ruang tahanan Mapolsek Pademangan terasa berbeda. Biasanya, udara di balik jeruji besi dipenuhi dengan keheningan dan tatapan kosong. Namun, kali ini ada kehangatan yang menyelimuti, aroma khas Lebaran menyusup di antara jeruji: opor ayam yang menggoda selera, ketupat yang baru saja dipotong, serta senyum yang perlahan merekah di wajah para tahanan. Dalam keterbatasan, secercah kebahagiaan datang menyapa, Senin (31/3/2025).
Kapolsek Pademangan, Kompol Immanuel Sinaga, S.H, S.I.K, M.H, beserta jajaran, datang membawa hidangan khas Lebaran. Didampingi oleh AKP Wahyudi, S.H, M.H, AKP Sampson Sosa Hutapea, S.I.K, dan Ipda Deny Setiawan, S.H, mereka masuk ke ruang tahanan dengan penuh kehangatan. Senyum dan sapaan ramah mengiringi langkah mereka, menghadirkan atmosfer yang berbeda dari biasanya.
Para tahanan menerima ketupat dan opor ayam dengan tatapan penuh haru. Sudah lama mereka tidak merasakan kehangatan Lebaran seperti ini. Salah seorang tahanan, dengan mata berkaca-kaca, berbisik, "Terima kasih, Pak. Ini lebih dari sekadar makanan bagi kami." Bagi mereka, ini bukan sekadar hidangan, tetapi simbol bahwa mereka masih dianggap manusia, masih memiliki tempat dalam kehidupan.
Namun, kebahagiaan pagi itu tak hanya datang dari hidangan Lebaran. Polsek Pademangan juga menghadirkan seorang tokoh agama, Ustadz H. Amarulloh, yang memberikan tausiah singkat. Dengan penuh kelembutan, ia mengingatkan bahwa setiap manusia berhak mendapatkan kesempatan kedua. “Jangan pernah berpikir bahwa hidup kalian berakhir di sini. Selalu ada pintu menuju perubahan, selalu ada jalan untuk kembali menjadi lebih baik,” ujarnya.
Suasana mendadak hening. Beberapa tahanan menundukkan kepala, merenungkan kata-kata sang ustadz. Ada yang menitikkan air mata, ada yang mengepalkan tangan seolah bertekad untuk berubah. Dalam momen itu, jeruji besi tak lagi terasa sebagai batas yang mutlak. Ada harapan yang menyusup di dalamnya.
Doa bersama menjadi penutup pertemuan itu. Sebuah momen yang sederhana, namun penuh makna. Ketika waktu menunjukkan pukul 09.00 WIB, kegiatan pun berakhir. Situasi tetap aman dan kondusif, tetapi ada sesuatu yang berbeda. Hati yang sebelumnya berat kini terasa lebih ringan. Bagi para tahanan, Lebaran tahun ini menjadi pengingat bahwa mereka masih memiliki peluang untuk memperbaiki diri.
Di balik jeruji, kehangatan dan harapan tetap bisa hadir. Dan mungkin, itulah makna Lebaran yang sesungguhnya.
(NK)