Banjir Bandang di Taput Akhir Tahun 2024: Ratusan Rumah Terendam, Sawah Gagal Panen

  • Redaksi
  • Kamis, 02 Januari 2025 22:08
  • 53 Lihat
  • Berita Umum

Tapanuli Utara (Sumut) ,  Media Budaya Indonesia.Com – Menjelang pergantian tahun, duka mendalam menyelimuti masyarakat Kecamatan Pahae Jae, Kabupaten Tapanuli Utara. Pada Senin, 30 Desember 2024, banjir bandang melanda Kelurahan Pasar Sarulla, Desa Parsaoran Samosir, dan Desa Parsaoran Nainggolan. Bencana ini merendam ratusan rumah, fasilitas umum, hingga puluhan hektar sawah yang siap panen.

Luapan Sungai Aek Sarulla menjadi penyebab utama banjir yang membawa material lumpur, pasir, dan kayu besar hingga menutupi jalan lintas nasional. Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tapanuli Utara:

140 Rumah Terendam

Kelurahan Pasar Sarulla: 80 rumah.

Desa Parsaoran Samosir: 33 rumah.

Desa Parsaoran Nainggolan: 27 rumah.

Fasilitas Umum Rusak

1 Puskesmas, 1 kantor pajak, 1 kamar mandi umum.

Kendaraan terdampak: 1 mobil rusak ringan, 1 sepeda motor terendam, dan 1 mobil penggiling padi hanyut.

Lahan Pertanian Hancur

14 hektar sawah siap panen tertimbun lumpur dan kayu besar.

Kepala Desa Setia, Gultom, menyampaikan bahwa sawah-sawah yang menjadi sumber penghidupan masyarakat kini rusak total. "Empat bulan kami menunggu masa panen. Semua hancur. Kami mohon bantuan pemerintah," ungkapnya dengan haru.

Tanggul Jebol, Jalan terputus, tidak hanya merusak rumah dan sawah, banjir juga menutup jalan penghubung antar dusun. Material longsor yang menutupi akses jalan membuat warga terisolasi.

Respons Cepat Pemerintah
BPBD Taput segera bertindak dengan berkoordinasi bersama pemerintah kecamatan dan masyarakat setempat. Langkah-langkah awal yang dilakukan:

Pendirian tenda pengungsian bagi warga terdampak.Pembersihan material longsor secara gotong royong, melibatkan BPBD, TNI/Polri, aparat desa, dan masyarakat.

Warga berharap bantuan dari pemerintah segera datang, baik untuk memenuhi kebutuhan mendesak seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal sementara, maupun untuk pemulihan lahan pertanian dan perbaikan infrastruktur.

Mardiana Br Aritonang, seorang warga yang rumahnya terdampak, menyampaikan dengan penuh harapan, "Kami butuh perhatian pemerintah. Kami tak tahu harus mulai dari mana lagi."

Banjir ini disebabkan oleh curah hujan tinggi yang terus mengguyur wilayah tersebut. Debit air Sungai Aek Sarulla meningkat tajam, hingga tanggul tidak mampu menahan luapan.

Semoga musibah ini menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat luas untuk mendukung pemulihan wilayah yang terdampak. Masyarakat Tapanuli Utara kini bergandengan tangan mengatasi bencana, namun bantuan dari pihak berwenang sangat dinantikan agar luka di akhir tahun ini bisa segera terobati.

(Tambunan/*NK)

Provinsi Sumatera Utara # Media Budaya Indonesia.Com

Komentar

0 Komentar