PRAWITA GENPPARI Kunjungi Curug Badak Hutan Pinus Tasikmalaya

BANDUNG | Budaya Indonesia - Sebagai organisasi pegiat pariwisata yang mandiri dan konsisten dengan program – programnya serta tanpa memiliki ketergantungan pada siapapun, alhamdulilah PRAWITA GENPPARI selalu dan terus berkarya dalam memajukan pariwisata Indonesia. Termasuk di dalamnya turut melestarikan seni dan budaya bangsa, juga produk – produk kreatif UMKM. Kemandirian inilah yang merupakan ciri khas utama sehingga bisa terus berkarya tanpa menunggu uluran tangan dan bantuan dari manapun. Jangan sampai PRAWITA GENPPARI menjadi organisasi yang gagah dengan nama saja, tetapi miskin dengan karya dan kreativitas maupun program “, ujar Ketum DPP Prawita GENPPARI Dede Farhan Aulawi di Bandung, Jum’at (1/7).

Hal tersebut ia sampaikan dalam acara semacam family gathering, dimana pengurus PRAWITA GENPPARI dari berbagai daerah berkunjung ke Curug Badak di Tasikmalaya. Sebagaimana diketahui bahwa Curug Badak merupakan salah satu destinasi air terjun yang berada di kawasan hutan pinus milik perhutani di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Suasana alamnya sangat sejuk dan rindang. Balutan pohon-pohon pinus nan rindang menyelimuti kawasan curug.

Acara dimulai dengan makan bersama di bawah naungan hutan pinus yang sangat asri. Udara tidak terlalu dingin juga tidak terlalu panas, sehingga dinilai cocok untuk membangun kebersamaan kolektif dalam suatu organisasi. Acara dipandu oleh kepala desa Sundakerta dan jajaran pengurus desa setempat dengan penuh keramahan dan suasana kekeluargaan yang membuat kehidupan semakin menarik dan harmonis. Gemercik air dan desiran angin yang meniup sepoi – sepoi seperti irama simfoni yang syahdu.

Pengurus PRAWITA GENPPARI yang hadir dalam kesempatan ini datang dari Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi Utara, dan Kalimantan. Pada kesempatan tersebut semua peserta yang ikut hadir menyampaikan kesan yang mendalam, baik dari pemilihan lokasi maupun suasana keakraban yang dibangun. Seolah membangun jiwa korsa dalam satu tarikan nafas alam, serta spirit untuk turut menjaga kelestarian alam yang bersih dan indah.

Nama curug dengan ketinggian sekitar 50 meter ini berasal dari keberadaan batu di lokasi air terjun. Saat debit air sedang deras, batu berbentuk lonjong tersebut terlihat menyembul dari aliran air terjun. Sekilas bentuknya mirip dengan cula badak. Oleh sebab itu penduduk sekitar menamakan air terjun ini menjadi Curug Badak. Air yang dihasilkan dari aliran curug nan eksotis ini memiliki kandungan belerang. Berdasarkan prakiraan masyarakat setempat kandungan belerang dihasilkan dari sumber mata air Talaga Bodas.

Di area lokasi wisata ini ada banyak lokasi untuk Spot Foto. Hal ini tidak lepas dari kreativitas masyarakat sekitar menyulap keberadaan hutan pinus menjadi spot selfie yang sangat cantik dan mengundang daya tarik para wisatawan. Di sini ada banyak barisan hommock berwarna-warni membentang dari pohon pinus satu ke pohon di sebelahnya. Fasilitas ini tidak hanya bisa dijadikan spot foto tetapi juga bisa untuk beristirahat. Wisatawan dapat menyewa hommock dengan harga terjangkau. Digunakan sebagai tempat beristirahat sambil melihat pemandangan sekitar curug dan wisatawan dapat rebahan di atas hoomock atau berayun sehingga bisa terlena dengan waktu, bahkan bisa tertidur pulas.

“ Bagi yang suka jajanan kuliner, jangan khawatir karena di area ini ada banyak cafe dan warung. Mushola dan toilet juga tersedia dengan lengkap sehingga di samping menikmati keindahan alam, juga tidak boleh lupa dengan kewajiban untuk tetap beribadah kepada Allah sebagai bentuk rasa syukur sebagai hamba-Nya. Mudah – mudahan acara seperti ini bisa berjalan secara reguler, paling tidak setahun sekali “, pungkas Dede mengakhiri percakapan.
( Cp )

Komentar

0 Komentar