Dede Farhan Aulawi Bicara Tren Teknologi Konstruksi Berbasis Knock Down
- Redaksi
- Senin, 08 Januari 2024 21:44
- 81 Lihat
- Berita Umum
Bandung, Media Budaya Indonesia - “ Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, teknik pembangunan proyek – proyek konstruksi pun terus berkembang. Salah satunya adalah konsep konstruksi knock down. Referensinya bisa dilihat di berbagai kanal medsos, seperti youtube, dan yang lainnya. Prinsip kerjanya, dibangun pada dua tempat, yaitu industri komponen (prefabrikasi) untuk menghasilkan beton pracetak (precast) dan pemasangan di lokasi (installing di site). Kedua proses tersebut dapat dilakukan secara paralel. Pada saat lokasi disiapkan pematangan lahan dan pembangunan infrastruktur, maka di workshop dibuat komponennya. Setelah siap dan lokasi telah matang, maka komponen di rakit di lokasi. Desain konstruksi ini terus berkembang dan telah menjadi trend di dunia konstruksi saat ini. Bukan hanya untuk bangunan, bahkan pembangunan jalan flyover juga sudah banyak menggunakan teknologi ini “, ujar Pakar Keselamatan Konstruksi yang juga Dewan Penasihat di Asosiasi Seluruh Tenaga Teknik Infrastruktur (ASTTI) Dede Farhan Aulawi di Bandung, Senin (8/10).
Hal tersebut Dede sampaikan ketika dirinya berdiskusi dengan Mr. Paramjeet Khaira seorang Managing Director SCHEARAR GROUP DARI Australia DI Café 90 Gourmet Jl. Martadina, Bandung. Pada pertemuan tersebut, Mr. Paramjeet datang langsung dari Australia ke Bandung bersama tim-nya untuk berdiskusi dan penjajagan kerjasama bisnis dalam pengembangan sektor konstruksi dengan teknologi mutakhir yang sedang berkembang saat ini, yaitu model knock down. Perusahaan Schrearar Group juga sudah sangat berpengalaman dalam sektor konstruksi ini, baik untuk Commercial / Industrial, Residential dan Custom Development. Motto perusahaannya adalah “We Listen, We Manage, and We Build”. Kemudian sebagai konsultan dan kontraktor, perusahaan ini juga sangat berpengalaman di bidang Mechanical Engineering, Electrical Engineering, Fire Engineering, Hydraulic Engineering, Architectural, Building Surveyors, Project Managers, Contracts Administrators, dan Quantity Surveyors.
Selanjutnya Dede juga menyampaikan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, teknologi modular kolom balok precast menjadi semakin populer sebagai salah satu solusi konstruksi yang efisien dan berkualitas. Modular kolom balok precast adalah komponen struktur bangunan yang dicetak terlebih dahulu di pabrik sesuai dengan desain yang telah ditentukan. Komponen-komponen ini kemudian dipasang di lokasi konstruksi proyek.
Menurut Mr. Paramjeet, teknologi ini dapat digunakan untuk berbagai jenis bangunan, seperti Gedung bertingkat (high rise building), karena dapat mempercepat proses pembangunan dan mengurangi biaya konstruksi. Termasuk untuk Rumah tinggal (hunian). Prefabricated balok kolom untuk rumah hunian memiliki kesamaan dengan yang digunakan untuk high rise building. Teknologi ini dapat menghemat waktu dan biaya konstruksi. Juga untuk bangunan industry guna meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Diskusi tampaknya semakin asyik dan menarik ketika para pakar ini berdiskusi sampai ke detail teknis. Kemudian Dede juga melanjutkan penjelasan bahwa prefabrikasi adalah suatu metode yang lahir dari sebuah proses kehidupan, pemikiran, perkembangan social dan ekonomi serta teknologi. Dalam dunia arsitektur dan konstruksi, metode prefabrikasi adalah suatu cara membangun yang mudah untuk dipahami secara konsep dan tidak sulit untuk diterapkan secara teknik.
Prefabrikasi dinilai dapat meminimalisir segala sesuatu dalam tahap konstruksi, baik itu dari tenaga untuk membangun dan durasi pelaksanaan konstruksi, sehingga segala sesuatu berjalan dengan efektif dan efisien. Perlu juga dijelaskan bahwa prefabrikasi memiliki berbedaan dengan konstruksi cepat bangun yang dapat berpindah-pindah atau transportable architecture walaupun memiliki kesamaan sifat. Prefabrikasi memiliki keutamaan yaitu konstruksi yang seefektif dan seefesien mungkin di lapangan hingga selesai.
Lebih lanjut Dede juga menguraikan konsep teknologi knock down berpijak pada sebuah konsep dimana konstruksinya bisa dibongkar pasang. Komponennya dibuat secara pabrikasi dengan konstruksi penyusun bangunan berdasarkan ukuran modular. Proses pembangunanya juga bisa selesai dalam waktu cepat, karena tidak membutuhkan semen dan bata, melainkan dengan menggabungkan panel-panel beton yang sudah difabrikasi sesuai dengan desain dan arsitektur bangunan yang sudah direncanakan. Sebagian besar material dihasilkan dari proses fabrikasi, sehingga meminimalisir faktor kesalahan manusia. Tidak hanya itu, dari segi biaya juga cukup kompetitif.
“ Sejatinya memang teknologi ini dirancang agar biaya produksi dan pemasangannya tidak terlalu mahal. Secara umum ada beberapa keunggulan dari pembangunan konstruksi model knock down ini, diantaranya bisa dibangun dengan waktu yang lebih cepat dan jumlah tenaga kerjanya juga lebih sedikit sehingga mendorong peningkatan produktifitas kerja. Disamping itu, juga memiliki kemudahan dalam penjaminan mutu, karena terukur dan terkonsentrasi proses produksinya. Termasuk dinilai lebih ramah lingkungan (hemat sumber daya alam, hemat energi, hemat pemeliharaan, hemat waktu) karena mengacu pada ukuran modular, maka bahan bangunan yang terbuang relatif sangat kecil. Semoga manfaat dari perkembangan teknologi sector konstruksi ini tidak hanya dinikmati oleh kalangan atas saja, tetapi juga bisa dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Inilah tantangan teknologi yang bisa memberikan rasa keadilan untuk peningkatan kesejahteraan yang lebih merata “, pungkas Dede.
(Afg)