Jejak Tapak Prawita GENPPARI di Cappadocia, Turki

  • Selasa, 08 November 2022 12:28
  • 117 Lihat
  • Pariwisata

TURKI | Media Budaya Indonesia - Sungguh tidak pernah mengenal kata lelah dalam memajukan pariwisata Indonesia. Tidak cukup dengan model pengembangan konsep sendiri, Prawita GENPPARI pun secara objektif terus berbenah diri dengan melakukan beberapa studi banding wisata ke berbagai negara. Salah satunya, ke Cappadocia di Turki.

“ Cappadocia merupakan salah satu distrik di Kota Anatolia, Turki yang menjadi tujuan favorit wisatawan. Sejarah Cappadocia berawal dari letusan serangkaian gunung berapi, meliputi Gunung Erciyes dan Hasan yang membentuk lanskap unik. Keunikannya terletak pada puncuk gunung bebatuan yang membentuk lubang-lubang menyerupai "cerobong peri". Ketika gunung berapi meletus dan menyebarkan abunya yang tebal ke seluruh wilayah ini, abunya berubah menjadi batuan lunak yang memadat dan menjadi setebal puluhan meter. Dari batuan lunak yang dikenal sebagai tuf, angin dan hujan selama jutaan tahun membentuk formasi batuan yang nampak sangat indah “, ujar Ketum DPP Prawita GENPPARI Dede Farhan Aulawi di Kota Anatolia, Minggu (6/11/2022)

Menurut Dede, alam bukan satu-satunya penyumbang keindahan kawasan ini. Sejak era paleolitik, Cappadocia telah menjadi daerah yang populer. Daerah ini juga menjadi saksi awal sejarah budaya Anatolia, termasuk peradaban Kristen dan aktivitas monastik. Orang-orang Kristen awal yang melarikan diri dari penganiayaan Romawi berbondong-bondong ke gua-gua di sini dan mendirikan komunitas monastik. Jejak sejumlah besar gereja, desa, dan kota Trygolodyte yang tersembunyi di dalam formasi batuan menjadikannya kompleks gua urban terbesar di dunia. Selain kemegahan strukturnya, Taman Nasional Goreme dan Situs Batu Cappadocia juga menjadi rumah seni era Byzantium di wilayah tersebut.

Dekorasi yang ditemukan di dinding gua batu adalah salah satu contoh karya seni terkemuka dari Byzantium pada periode pasca-ikonoklastik. Tidak hanya keindahan seni yang tak tertandingi, daerah itu juga memberi petunjuk tentang kehidupan dan ritual orang-orang yang menetap di antara cerobong peri berbentuk jamur di Cappadocia. 

“ Semoga dari kunjungan ke wilayah yang telah menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO pada 1985 ini, muncul beberapa inovasi pemikiran baru dalam menumbuhkembangkan kepariwisataan Indonesia. Apalagi disini ada tujuh area Cappadocia yang masuk dalam Situs Warisan Dunia UNESCO, yaitu Taman Nasional Goreme, Kota Bawah Tanah Derinkuyu, Kota Bawah Tanah Kaymakli, Gereja Karlik, Gereja Theodore, Karain Columbaria, dan Situs Arkeologi Soganli. Dengan demikian tidak heran jika tempat ini semakin populer untuk pariwisata karena misteri sejarah dan daya tariknya yang mempesona “, pungkas Dede mengakhiri keterangan.
( Cp )

Komentar

0 Komentar