Kawasan Gunung Rinjani Darurat Sampah, Ini Tanggung Jawab Bersama

LOMBOK TIMUR l MediaBudaya Indonesia.com - Sempat beredar video di beberapa WAG yang memperlihatkan kondisi di sekitar kawasan Gunung Rinjani, tepatnya di sekitar Segara Anak yang kumuh disebabkan oleh banyak sampah yang menumpuk di beberapa titik dan berserakan sehingga memberikan kesan yang buruk di mata para pendaki yang kali pertama menginjakkan kaki di Rinjani. Tentu hal ini sangat merugikan karena kedepannya akan berdampak kepada penurunan jumlah pengunjung/pendaki ke Gunung Rinjani.

Dimana persoalan sampah merupakan persoalan darurat yang harus menjadi perhatian serius instansi terkait dan juga semua kita, terlebih lagi dengan persoalan sampah yang ada di kawasan Gunung Rinjani saat sekarang ini pasca di bukanya kembali pendakian ke Gunung Rinjani yang sempat di tutup beberapa waktu lalu di sebabkan adanya pandemi Covid-19. 

Kawasan Gunung Rinjani sebagai paru paru dunia  dan juga aset daerah NTB, kebersihan dan kelestariannya harus tetap di jaga oleh kita semua. 

Terkait dengan beredarnya video tersebut, berbagai macam reaksi dan tanggapan yang beraneka ragam muncul baik dari para pelaku usaha/Trekking Operator (TO) para pendaki dan juga dari Kepala TNGR sendiri. 

"Salah seorang pendaki asal Pasuruan Jawa Timur sebut saja namanya Mba Lintang menceritakan keterkejutannya akan kondisi kawasan pendakian Gunung Rinjani yang sangat sangat tidak terurus sampah berserakan dimana mana dan bau busuk akibat tumpukan sampah, "benar benar ini di luar ekspektasi saya, aduh pusing dah, saya habis dari Rinjani ini mau balik ke Jawa terburu buru dan berlalu bersama angkutan untuk melanjutkan perjalanan menuju pelabuhan Lembar," cetusnya.

Tanggapan dan masukan juga datang dari salah satu perwakilan TO (Trekking Operator) atas nama Lalu Ahmad Yani. Ia menyebutkan bahwa persoalan sampah ini perlu sinergitas semua pihak dan kesadaran bersama, tidak bisa serta merta kita tumpukan persoalan ini pada satu instansi saja, misalnya kepada pihak TNGR ataupun TO semata. 

"Dalam menyelesaikan persoalan ini butuh kerja-kerja kolektif semua pihak dan tentunya ini juga harus ada dukungan dana yang memadai, semoga pihak terkait bisa menjembatani kami terkait anggaran tersebut yang selama ini setoran ke pusat menurut saya terlalu besar kalau bisa di balik," ujar Miq Lalu. 

 Disisi lain peran pemerintah juga yang punya otoritas serta kepentingan disana seharusnya bisa menyeimbangkan feedback yang masuk ke kawasan Gunung Rinjnai serta harus di barengi dengan edukasi agar pendaki yang datang memahami apa yang menjadi kewajiban mereka. 
Saat ini sedang berupaya untuk memberlakukan sistem deposit bagi pengunjung lokal, dengan cara pengunjung melakukan penebusan sampah yang mereka bawa untuk di bawa turun dan perlu di ketahui bahwa G. Rinjani pernah zero sampah beberapa tahun lalu. 

"Terpisah, dikonfirmasi melalui sambungan WhatsApp Minggu (7/04/2023) Kepala TNGR Dedy menyampaikan pandangannya bahwa pada prinsip dasarnya adalah persoalan sampah tersebut menjadi tanggung jawab masing-masing pendaki, sehingga kedepannya di harapkan para pendaki bisa menjadi pendaki cerdas yakni dengan membawa turun sampahnya masing masing, begitu juga halnya  dengan pendaki yang memakai jasa TO (Trekking Operator) maka kewajiban TO lah yang harus membawa turun sampah tersebut, intinya kesadaran dirilah," sebut Dedy.

(Atma)

Gunung Rinjani# media budaya Indonesia.com#

Komentar

0 Komentar