Lompat Batu Selalu Menjadi Daya Tarik Tradisi Budaya Di Nias
- Jumat, 13 Mei 2022 06:18
- 574 Lihat
- Seni dan Budaya
NIAS | Budaya Indonesia - Tradisi Hombo atau Fahombo (lompat batu) adalah tradisi yang dilakukan oleh suku Nias, Sumatera Utara secara turun temurun. Tradisi yang hanya dilakukan oleh laki-laki ini bisa kita temukan di Desa Bawomataluo. Salah satu desa adat yang masih kental dengan adat tradisi lompat batu ini terletak di kabupaten Nias selatan.
Tradisi lompat batu setinggi dua meter ini sebagai pertanda bahwa kaum lelaki (pemuda) desa setempat telah beranjak dewasa secara mental dan fisik. Selain ditampilkan rutin dalam pagelaran acara adat, Tradisi lompat batu ini sangat menarik wisatawan manca negara untuk datang ke Nias.
Selain menjadi surga bagi para peselancar dengan keindahan lautnya, Pulau Nias adalah salah tempat sejarah megalitikum masih bisa ditemukan. Berbagai adat istiadat dan keunikan masyarakat Nias bisa Sahabat jumpai jika berkunjung ke sini. Salah satu budaya yang paling populer di sana adalah lompat batu Nias. Saking populernya, adegan seorang pria yang melompati batu ini pernah muncul dalam salah satu seri uang kertas Indonesia.
Tradisi lompat batu Nias oleh masyarakat setempat dikenal dengan istilah hombo batu atau fahombo. Batu yang sudah disusun setinggi 2 meter dengan ketebalan 40 sentimeter harus dilompati oleh semua pemuda Nias yang sudah dianggap dewasa. Selain dipamerkan dalam beragam acara adat, fahombo menjadi daya tarik tersendiri bagi para turis.
Di Pulau Nias, ketika seorang pria sudah berhasil melakukan fahombo, maka ia sudah matang secara fisik dan kelak akan menjadi samu’i mbanua atau la’imba hor seandainya muncul konflik dengan warga desa lain. Saking prestisiusnya tradisi ini, keluarga dari pemuda yang berhasil melompati batu, biasanya akan menyembelih beberapa ekor ternak sebagai bentuk rasa syukur atas keberhasilan putranya.
- Sejarah Fahombo
Menurut sejarah, fahombo pertama kali muncul karena seringnya terjadi peperangan antarsuku di Tanah Nias. Kala itu, setiap kampung memiliki bentengnya masing-masing. Untuk memenangkan peperangan, setiap pasukan harus memiliki kemampuan untuk melompatinya. Karena itulah dibuat tumpukan batu sebagai sarana untuk berlatih ketangkasan para pemuda untuk melompat.
Meski tak lagi dilakukan untuk tujuan perang, fahombo masih tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Nias. Tradisi lompat batu Nias kini menjadi semacam ritual untuk menunjukkan kedewasaan pemuda-pemuda di sana. Tradisi ini bahkan tak dilakukan oleh semua warga Nias, melainkan hanya di kampung-kampung tertentu saja.
- Makna dan Waktu Pelaksanaan Fahombo
Fahombo lebih dari sekadar cara para pemuda Nias menunjukkan kedewasaannya. Proses latihan yang dilalui untuk bisa melompati batu setinggi dua meter ini bukanlah hal mudah. Perlu latihan keras dan waktu yang cukup lama agar fahombo bisa berjalan lancar tanpa ada cedera. Tradisi ini juga sekaligus menjadi cara untuk membentuk karakter yang tangkas dan kuat dalam menjalani kehidupan.
Ketika seseorang memutuskan untuk melakukan lompat batu, biasanya warga akan berkumpul di tempat pelaksanaan. Para peserta akan mengenakan baju adat yang khusus digunakan oleh para pejuang. Sambil berbaris, mereka semua menunggu giliran.
Tanpa ancang-ancang yang terlalu jauh, para pemuda ini berlari kencang, menginjakkan kaki pada tumpuan batu kecil di bawah sebelum akhirnya melayang di udara, melampaui batu besar setinggi 2 meter dan mendarat dengan selamat. Selama proses melompat, tidak boleh ada bagian tubuh yang menyentuh permukaan batu. Jika tidak, maka sang peserta dinyatakan gagal.
Setiap kampung di Pulau Nias, biasanya sudah memiliki lokasi masing-masing yang secara turun-temurun digunakan untuk pelaksanaan fahombo ini. Jika Sahabat berencana untuk berlibur ke Pulau Nias, menyaksikan tradisi lompat batu Nias ini akan jadi pengalaman tak terlupakan.
( Cp )