Prawita GENPPARI Kunjungi Pusat Seni Tradisional Sintren, Kabupaten Tegal
- Selasa, 13 September 2022 17:14
- 112 Lihat
- Berita Umum
TEGAL | Budaya Indonesia - Dalam konteks pengembangan potensi kepariwisataan, Indonesia memiliki jumlah dan keragaman yang luar biasa. Tidak sekedar dalam bentuk keindahan alam saja, tetapi juga ada potensi seni dan budaya yang sangat unik dan menarik. Termasuk aneka produk ekonomi kreatif yang dihasilkan oleh para pelaku UMKM di berbagai daerah yang memiliki keunikan dengan sentuhan kreativitas yang sangat menarik.
“ Salah satu seni budaya yang dimiliki oleh kabupaten Tegal adalah seni tradisional Sintren yang nampaknya jika tidak dilestarikan bisa hilang sebagai seni budaya lokal. Hal ini diakibatkan oleh banyak faktor, termasuk derasnya arus budaya luar yang masuk dan banyak digandrungi kawula muda saat ini. Disinilah pentingnya para tokoh masyarakat untuk tetap bisa menjaga dan merawat warisan seni budaya bangsa “, ujar Ketum DPP Prawita GENPPARI Dede Farhan Aulawi di Tegal, Minggu (11/9).
Hal tersebut ia sampaikan saat mengunjungi pusat seni tradisional Sintren di kabupaten Tegal. Kunjungan yang pertama kali ke lokasi tersebut didampingi Tim dari DPP Prawita GENPPARI dengan didampingi oleh seluruh jajaran calon pengurus DPD Prawita GENPPARI kabupaten Tegal. Termasuk rekan – rekan lainnya dari ASGAS RI, LIN dan Tipikor sehingga gelar seni tradisional tersebut tampak lebih meriah.
Seni Tradisional Sintren merupakan salah satu kekayaan budaya dan kearifan lokal di kabupaten Tegal. Beberapa tokoh masyarakat setempat ada yang berpendapat bahwa seni budaya lokal tersebut tidak menutup kemungkinan akan punah dari perbendaharaan budaya bangsa jika tidak dilestarikan.
Munculnya seni budaya tradisional Sintren tidak bisa lepas dari kondisi masyarakat agraris disana. Dimana sebagian masyarakat petani pada awalnya sering menggunakan kesenian yang sarat mistis itu untuk mengundang hujan atau mencegah bencana terhadap hasil pertanian mereka, misalnya mengusir hama dan sebagainya. Kesenian ini diperankan gadis yang suci atau masih perawan. Namun dalam perkembangannya, pertunjukkan Sintren ini hanya sebagai kebutuhan hiburan, bukan lagi sebagai ritual.
Menurut kepercayaan sebagian masyarakat setempat, kesenian tradisional Sintren merupakan tarian mistis karena di dalam ritualnya mulai dari permulaan hingga akhir pertunjukan banyak ritual magis untuk memanggil roh sehingga penarinya tidak sadar saat menari. Penarinya sendiri disebut Sintren (untuk penari perempuan) dan Lais (untuk penari laki- laki).
Prosesi seninya sendiri dimulai dimana seorang penari dengan tangan terikat dimasukkan ke dalam kurungan ayam yang berselebung kain. Pawang atau dalang kemudian membakar kemenyan dan merapalkan mantra memanggil ruh. Jika pemanggilan roh berhasil, maka ketika kurungan dibuka, sang gadis tersebut sudah terlepas dari ikatan dan berdandan cantik, lalu menari diiringi gending. Pawang atau dalang juga menjalani sejumlah ritual sebelum memulai pertunjukan Sintren. Mereka harus berpuasa patigeni, tidak makan dan minum serta tidak keluar rumah selama beberapa hari sebelum tampil. Mereka puasa mutih (hanya makan nasi dan minum air putih) selama beberapa hari sebelum tampil.
“ Inilah salah satu kekayaan seni budaya bangsa, khususnya yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat Tegal. Hal ini juga sekaligus fakta bahwa seni budaya di Indonesia ini sangat beragam dan jumlahnya banyak, maka tentu saja hal ini bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan. Bukan hanya wisatawan dalam negeri saja, tetapi juga bisa dari para wisatawan mancanegara “, pungkas Dede.
( Cp )