Dede Farhan Aulawi Kunjungi Kolombo, Sri Lanka: Temui Kolega dan Jelajahi Keunikan Budaya Lokal

  • Redaksi
  • Jumat, 14 Februari 2025 21:32
  • 158 Lihat
  • Polri

Kolombo, Sri Lanka, Media Budaya Indonesia.Com – Setelah menyelesaikan tugas di Bangladesh, Ketua Umum DPP Prawita GENPPARI, Dede Farhan Aulawi, menyempatkan diri singgah di Kolombo, ibu kota Sri Lanka, untuk bertemu dengan beberapa kolega di bidang pertahanan dan keamanan. Kunjungan ini juga dimanfaatkannya untuk mengenal lebih dekat budaya serta kehidupan masyarakat setempat.

Dalam keterangannya pada Jumat (14/2), Dede membandingkan suasana Kolombo dengan Dhaka, Bangladesh. "Jika Dhaka dikenal dengan kepadatannya, Kolombo relatif lebih bersih, meskipun tetap terasa berdebu akibat cuaca yang lebih panas dari Jakarta. Masyarakatnya juga lebih tertib dalam berlalu lintas. Setiap kali ada pejalan kaki yang hendak menyeberang di zebra cross, pengendara akan berhenti untuk memberi jalan, meskipun lampu hijau untuk pejalan kaki belum menyala," ujarnya.

Setibanya di Bandara Internasional Bandaranaike (CMB) yang terletak di Negombo, Dede mulai menjelajahi kota dengan berjalan kaki untuk merasakan langsung atmosfer lokal. Menurutnya, pasar tradisional menjadi tempat terbaik untuk memahami kehidupan sehari-hari masyarakat. Salah satu yang ia kunjungi adalah Tangalia Market, pasar basah terbesar di Kolombo, yang menjual beragam sayuran dan buah-buahan yang ternyata tidak jauh berbeda dengan yang ada di Indonesia.

Dalam eksplorasinya, Dede juga mencicipi makanan khas Sri Lanka, Lamprais, yang mirip dengan nasi timbel karena dibungkus dengan daun pisang. Namun, dalam penyajiannya lebih menyerupai nasi bakar, di mana nasi dan lauk pauknya digabung dalam satu bungkusan sebelum dipanggang. "Lamprais berasal dari kata ‘lump rice’, makanan ini merupakan warisan budaya dari etnis Dutch Burgher, yang mencerminkan sejarah panjang Sri Lanka di bawah pengaruh kolonial," jelasnya.

Selain mencicipi kuliner khas, Dede juga mengunjungi sejumlah tempat bersejarah dan religius di Kolombo. Salah satunya adalah Masjid Merah, bangunan bersejarah bergaya arsitektur Moor yang berdiri megah di tengah kota. Tak jauh dari masjid ini, terdapat Gangaramaya Temple, kuil Buddha terbesar di Kolombo yang menggabungkan unsur arsitektur Sri Lanka, Thailand, India, dan Tiongkok.

Dede juga mengulas sejarah Sri Lanka yang dahulu dikenal sebagai Ceylon. Negara ini menjadi bagian strategis dari Jalur Sutra karena dikelilingi pelabuhan-pelabuhan penting. Setelah merdeka dari Inggris pada tahun 1972, Sri Lanka tetap mempertahankan bahasa Sinhalese dan Tamil sebagai bahasa resmi, meskipun bahasa Inggris masih banyak digunakan, terutama di kalangan terpelajar.

"Kunjungan ke Sri Lanka memberikan wawasan baru mengenai keberagaman budaya dan sejarahnya yang kaya. Negara ini merupakan perpaduan antara tradisi lama dan modernitas yang unik," pungkasnya.

(AFG/NK)

Dede Farhan Aulawi# Provinsi Jabar # Kolombo Sri Lanka # Media Budaya Indonesia.Com

Komentar

0 Komentar