Prawita GENPPARI Diskusi Pengembangan Wisata Di Puncak Pelita Ciawi Tasikmalaya
- Selasa, 18 Oktober 2022 01:14
- 95 Lihat
- Pariwisata
TASIKMALAYA | Budaya Indonesia - Prawita GENPPARI terus berkiprah tiada lelah dalam membangun pondasi kepariwisataan di Indonesia. Sumbangsih pemikiran dan tenaganya terus digelontorkan untuk memajukan pariwisata, seni budaya dan produk – produk kreatif UMKM Indonesia. Dari propinsi ke propinsi, berpindah ke kabupaten dan kota, hingga sampai ke desa – desa terus mendorong kelahiran desa wisata – desa wisata baru.
Pentas pengabdiannya tertera di sanubari masyarakat Indonesia, khususnya para pecinta pariwisata. Pengetahuan, pengalaman, dan kreativitasnya terus digetoktularkan demi kejayaan bangsa. Kreativitas masyarakat dirangsang dengan berbagai motivasi nyata. Satu sama lain saling bahu membahu untuk membangun desanya masing – masing menuju desa wisata guna meningkatkan kunjungan para wisatawan yang pada akhirnya akan bermuara pada pergerakan ekonomi masyarakat desa.
“ Kali ini kita berkunjung ke spot wisata Puncak Pelita di Kampung Sukamaju Desa Kertamukti, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya. Lokasinya berada di ketinggian yang indah dan adem sehingga bisa membuat suasana lebih tenang, damai, dan merasakan kesejukan khas pegunungan. Dari tempat ini kita bisa menyaksikan hamparan luas wilayah Tasikmalaya. Persawahan, perkebunan, juga permukiman akan sangat indah dilihat dari ketinggian puncak ini “, ujar Ketum DPP Prawita GENPPARI Dede Farhan Aulawi di Tasikmalaya, Minggu (16/10).
Hal tersebut ia sampaikan dalam diskusi ringan tentang rencana pengembangan spot wisata Puncak Pelita dengan Ketua DPD Prawita GENPPARI kabupaten Tasikmalaya Kang Rizal, Sekretaris Desa dan tokoh pemuda setempat. Dalam kesempatan tersebut, Dede menekankan pentingnya kekompakan dan kebersamaan antara aparatur pemerintahan desa dengan seluruh tokoh masyarakat di desa tersebut. Penyatuan persepsi dalam membangun desa menjadi penting agar tidak terjadi sak wasangka pihak satu dengan yang lainnya. Bangun keterbukaan melalui komunikasi dan musyawarah yang intens agar tumbuh rasa saling percaya.
Hal tersebut menurut Dede merupakan konsep dasar dari apa yang disebut Community Based Tourism Development, yaitu mengembangkan kepariwisataan desa dengan berbasis pada gotong royong masyarakat. Pasti tidak akan mudah membangun desa jika semua harus berbasis pada anggaran negara, karena negara pun memiliki banyak keterbatasan. Oleh karena itu, gotong royong yang menjadi ciri khas dan jati diri bangsa perlu terus dipelihara dan ditumbuhkembangkan kembali. Apalagi nilai – nilai gotong royong ini di beberapa daerah nampaknya mulai luntur.
“ Saya sangat mengapresiasi kreativitas dari aparatur desa dan para tokoh masyarakat di desa ini yang telah bahu membahu membangun desa wisata. Lokasi yang tadinya tandus karena kesulitan memperoleh sumber air, saat ini sudah bisa teratasi setelah seluruh masyarakat bergotong royong memasang pipa dari sumber air yang berjarak kiloan meter. Inilah buktinya nyata bahwa setiap kesulitan bisa diatasi dengan bergotong royong “, pungkas Dede.
( Cp )