Komandan Lanal Bandung Berikan KKDN Kepada Mahasiswa S2 Fakultas Keamanan Nasional UNHAN RI
- Redaksi
- Kamis, 26 Juni 2025 11:19
- 48 Lihat
- TNI

Bandung, Media Budaya Indonesia.Com ,- Komandan Lanal Bandung Kolonel Laut (P) Muhammad Taufik, M.Tr.Hanla., M.M., memberikan Kuliah Kerja Dalam Negeri (KKDN) kepada Mahasiswa S2 Fakultas Keamanan Nasional UNHAN RI Program Studi Keamanan Maritim tentang Realitas Wilayah Maritim Jawa Barat Guna Meningkatkan Kesadaran Kolektif Akan Posisi Strategis Laut Sebagai Sumber Kekuatan Nasional, bertempat di Aula Mako Lanal Bandung, Jalan Aria Jipang No. 8 Kota Bandung, Kamis (26/06/2025).
Dalam sambutannya yang disampaikan oleh dosen pendamping mewakili Kaprodi Keamanan Maritim, ditekankan bahwa KKDN bukan sekadar kegiatan seremonial, melainkan wahana pembentukan karakter dan penguatan perspektif kebijakan keamanan maritim berbasis empiris. Mahasiswa diharapkan tidak hanya menggali permasalahan di lapangan, tetapi juga menjadikannya bahan refleksi ilmiah yang kelak dapat dituangkan dalam bentuk karya akademik seperti tesis atau artikel ilmiah.
Sambutan tersebut juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan aparat pertahanan demi membentuk ekosistem maritim yang aman, produktif, dan berkelanjutan. Dalam hal ini, keterlibatan TNI AL, khususnya Lanal Bandung, menjadi sangat strategis karena posisi mereka di garda terdepan penjaga kedaulatan laut Indonesia.
Dalam paparan Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut (Danlanal) Bandung menekankan pentingnya kesadaran kolektif akan posisi strategis laut sebagai sumber kekuatan nasional. Fakta geografis dan sosial bahwa sebagian besar wilayah pesisir selatan Jawa Barat terutama daerah seperti Pangandaran masih minim perhatian dalam hal pengelolaan dan pengamanan maritim. Aksesibilitas yang sulit, rendahnya orientasi masyarakat terhadap laut, serta belum optimalnya sinergi lintas sektor menjadi hambatan dalam optimalisasi potensi laut di wilayah ini.
Selain itu, Danlanal Bandung mengajak peserta melihat ulang sejarah kemaritiman bangsa, karena sejak masa kerajaan Sriwijaya dan Majapahit, bangsa Indonesia telah dikenal sebagai bangsa pelaut. Namun, warisan itu tercabut akibat kolonialisme Belanda yang sengaja menggeser orientasi bangsa dari maritim ke agraris. Hal ini berdampak hingga kini, ketika itu, laut justru dianggap sebagai pemisah, bukan penghubung antarwilayah nusantara. Padahal secara geografis, 70% wilayah Indonesia adalah laut, dan semestinya laut menjadi jantung konektivitas nasional, bukan titik buta pembangunan.
Lebih lanjut, Danlanal Bandung menjabarkan tantangan nyata yang dihadapi TNI AL dalam menjaga keamanan maritim, dantaranya adalah keterbatasan jumlah kapal patroli, medan geografis yang berat, serta cuaca ekstrem yang sering menyulitkan operasi. Beberapa wilayah rawan seperti Papua, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Utara juga sering menjadi jalur masuk aktivitas ilegal seperti penyelundupan, perdagangan manusia, dan penangkapan ikan secara ilegal. Meski demikian, keterbatasan ini tidak mengurangi semangat dan inisiatif dalam menjalankan tugas, terutama melalui strategi operasi intelijen berbasis data serta pemanfaatan teknologi pemantauan seperti CCTV dan sistem pengawasan terpadu (IMS).
Dalam kerangka tersebut, Angkatan Laut memegang tiga fungsi utama yang tidak bisa dipisahkan yakni, fungsi militer untuk menjaga kedaulatan, fungsi diplomatik sebagai representasi negara di laut internasional, serta fungsi penegakan hukum dan perlindungan wilayah maritim dari segala bentuk ancaman, baik dari luar maupun dalam negeri.
(Pen Lanal Bandung)