Anton Charliyan Mantan Kapolda Jabar Apresiasi Digelarnya Sawalan Budaya BRI Tasikmalaya Sebagai Problem Solving Budaya Berbasis Ekonomi Kerakyatan
- Redaksi
- Sabtu, 09 Juli 2022 12:15
- 94 Lihat
- Tokoh
TASIKMALAYA l Media Budaya Indonesia - Bertempat di Lt.2 Gedung BRI Kota Tasikmalaya pukul 13.30 WIB, puluhan orang dari comunitas penggiat budaya dan seni Sunda termasuk tokoh masyarakat yang ada di Kota dan Kabupaten Tasikmalaya , Ciamis Banjar & Garut, menghadiri acara bertajuk “SAWALA BUDAYA BRI TASIKMALAYA ”, Kamis (7/7).
Tampak hadir Tokoh Nasional dan juga tokoh Budaya Sunda mantan Kapolda Jabar Irjen Pol (Purn) Dr. H.Anton Charliyan, MPKN, Plt Kepala Dinas Indag Kabaupaten Tasikmalaya Iwan Ridwan,S.IP,UMP, Mantan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya Ir Safari Agustin, Kepala BRI Kacab Kota Tasikmalaya, Ketua KADIN Kab.Tasikmalaya H Cecep , Ketua MPC Pemuda Pancasila Dani Fardian,S.IP yang juga anggota DPRD Kab.Tasikmalaya , Ketua Program Pasca Sarjana Unsil Dr Ade Komaludin dan tamu undangan lainnya.
Sebagaimana disampaikan Ketua Panitia Dicky Z.Sastradikusumah kepada awak media ini. “ Insya Alloh, acara Sawala Budaya ini akan rutin diselenggarakan setiap bulan yang akan difasilitasi bank BRI Tasikmalaya dan Rumah BUMN.. Adapun tujuan digelarnya S Sawala Budaya & Spirit kebangsaan di Tatar Sunda kali ini, ialah untuk mengobarkan semangat persatuan dan kesatuan kepada masyarakat.” ujarnya.
Sementara itu, Anton Charliyan sebagai Penggagas acara bertajuk “Sawala Budaya BRI Tasikmalaya”, sangat berterima kasih dan apresiasi setinggi - tingginya serta mengacungkan 2 jari jempol, kepada Kepala Kantor Cabang BRI Kota Tasikmalaya yang telah memfasilitasi acara tersebut dan hal ini merupakan pertama kali dalam sejarah fihak Perbankan mau Peduli terhadap Budaya di Tasikmalaya.
Abah Anton panggilan akrabnya membahas berbagai persoalan sejarah, budaya dan ekonomi, terutama kaitannya dengan rahasia dari “Amanat Galunggung” khususnya dalam menjaga keutuhan NKRI.
Jangan sampai masyarakat kita satu sama lain mudah diadu domba, yang merupakan salah satu kelemahan Fundamental masyarakat sunda & Indonesia. Yang saat ini bukan hal yang aneh, sering kita lihat di berbagai media, satu sama lain saling nyinyir, saling sindir menyindir, bahkan saling berteriak lantang dan saling menjelek - jelekan satu sama lain tanpa malu.
Dalam paparannya, Abah Anton menjelaskan bahwa hal tersebut sebenarnya sudah ada dalam Amanat Galunggung (AG) yang dibuat sekitar 900 tahun yang lalu, yang merupakan pantangan atau larangan bagi seorang Sinatria atau pemimpin dalam cara memerintah, yakni:
Mulah kwanta (jangan berteriak)
Mulah majar laksana (jangan menyindir)
Mulah madahkeun pada janma (jangan menjelek - jelekan orang lain)
Mulah sabda ngapus ( jangan sekali - kali berbohong).
Kemudian pada Naskah AG verso VI mengungkap pantangan - pantangan lain sebagai pemimpin dalam ilmu wujud air “patanjala”, bahwa seorang kesatria sunda sejati : Jangan mudah terpengaruh; Jangan peduli terhadap godaan, Jangan dengarkan ucapan yang buruk.dan menghasut , karena banyak Negara hancur sebagaimana terjadi di Timur Tengah seperti : Lybya, Iraq, Syiria , Afganistan dll, Negara tersebut hancur karena rakyatnya terhasut lebih percaya berita bohong, ikut menjelek - jelekan Negaranya Sendiri.
Bahkan ada amanat khusus pada Naskah Amanat Galunggung yang mentik beratkan arti penting pada Cinta tanah air. Yakni, agar para ksatria, generasi muda kader penerus bangsa mampu mempertahankan tanah leluhurnya (kabuyutan), mampu mempertahankan tanah airnya, jangan sampai terkuasai oleh orang asing atau para kapitalis.
Bahkan karena dianggap sangat penting sikap untuk mempertahankan tanah air ini, sampai -sampai ada sumpah atau amanat khusus dari seorang Raja Galuh Prabu Darma Siksa (abad XII) bagi para penerusnya, bahwa bila Rajaputra sebagai generasi penerus tidak mampu mempertahankannya. Maka dikatakannya, Dia lebih Hina dari Bangkai yang paling busuk yang ada di tempat sampah.
Yakni:
Jaga direbutnya / dikuasainya tanah leluhur oleh orang lain (Jaga beunangna kabuyutan ku sakalih).
Akan banyak para pedagang yang ingin merebut tanah leluhur (Banyaga nu dek ngarebut kabuyutan).
Yakni orang-orang asing yang ingin merebut tanah leluhur (Asing iya nu meunangkeun kabuyutan).
Lebih berharga kulit musang ditempat sampah daripada Rajaputra tidak mampu mempertahankan tanah leluhur yang direbut orang lain (Mulyana kulit lasun di jaryan, modalna rajaputra antukna beunang ku sakalih).
“Maka Sebagai Masyarakat Nusantara, Khususnya masyarakat Sunda, terutama kita semua yang ada dan lahir di kaki Gunung Galunggung, agar kembali mengikuti Pesan2 penting , sbg warisan leluhur. yang tercatat pada Amanat Galunggung. Terutama kaitannya dalam menjaga keutuhan NKRI.
Kita jangan mau lagi diadu domba yang sudah pasti akan merusak tatanan kehidupan masyarakat, dan keutuhan NKRI ,” tuturnya
Abah Anton juga menjelaskan, bahwa Galunggung yg dikenal dg filosofinya : " Galunggung Ngadeg Tumenggung ,Sukapura ngadaun ngora,
Dari kalimat tersebut mengisyaratkan bahwa raja - raja sunda baru syah menjadi seorang raja bila sudah direstui para rama dan resi yang ada di Galunggung. ( Galunggung tempat Pangistrenan Raja - Raja di tatar Sunda ). Bahkan lebih jauh di katakan Lamun KiSunda hayang Nanjung kudu boga pulung ti Galunggung, Can sampurna jadi Kisunda mun can nganjang ka Galunggung , can ngagelar di batu ampar, can dzikir di Walahir. ( Kalau orang Sunda ingin berjaya harus punya restu dari Galunggung belum sempurna jadi ki Sunda bila belum datang ke Galunggung , belum menginjak Batu Mahpar, dan belum Berdzikir di Makam Walahir sebagai patilasan para leluhur sunda dan mujahidin zaman Rosul )
Makanya menurut Naskah Pragmen Carita Parahyangan Galunggung dikatakan sebagai Taraju nya ( Pasak, Puser , Pusat, Penyeimbang jawa Dwipa ( Nusantara ) . Dilansir lebih jauh berdasarkan Naskah Sunda kuno yg lain yaitu kitab Purusangkara fari Kuningan, Galunggung merupakan salah satu tempat persinggahan Kapal nabi Nuh saat terjadinya Banjir besar.
Sehingga muncul artikulasi galunggung itu sendiri yg identik dengan GALUH HYANG AGUNG , atau GALUH NUH AGUNG sebagai persinggahan Nabi Nuh yakni yang bergelar Maha Guru Rasi Pu Hun Galuh Hyang Agung. Nabi Nuh sbg Leluhur Sunda yang Agung.
Pada saat itu, Anton sebagai tokoh masyarakat Jabar yang juga dikenal sbg penggiat Anti Intoleran dan Radikalisme ini menyampaikan ” Bahwa saat ini yang namanya Nasionalisme Ki Sunda kembali sedang dipertanyakan, karena menurut kajian lembaga Survei Wahid institute, Jabar merupakan Wilayah terintoleran selama 15 tahun berturut - turut, oleh karena itu tujuan diadakan kegiatan Sawala Budaya ini untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air serta spirit kebersamaan kepada para tokoh adat, tokoh budaya, dan tokoh seni di Jawa Barat, sehingga ketika berbicara Nasionalisme dan cinta tanah air , Ki Sunda harusnya menjadi garda terdepan, karena dengan adanya amanat galunggung sebagai amanatnya orang Sunda, yang merupakan salah satu presentasi cikal bakal awal , sebuah Naskah kuno yang isinya mengharuskan, mewajibkan agar rakyatnya Menjaga suatu Kabuyutan , tempat suci , sebagai satu Teritory atau Wilayah dengan sangat Keras sbg perwujudan cinta ka lemah Cai - Cinta kepada Tanah air, sehingga dg demikian bisa dikatakan bahwa Konsepsi Cinta Tanah air, telah ada dan lahir dari Tatar sunda sejak zaman para leluhur.
Pesan lain yang perlu dikaji adalah menyangkut sikap dan prilaku Orang sunda yang harus Berilmu Pare ( Padi ) dan Cinta Damai, dg motto : Membangun kekuatan dengan kedamaian, membangun kekuatan dengan kerendahan hati, kita baru bisa kuat kalau situasi damai, karena bagaimana mungkin bisa bekerja atau beraktivitas kalau situasi rusuh & tidak aman. Kita bisa kuat bukan karena mengandalkan Kesaktian semata, tapi yg lebih utama adalah sikap perilaku dan ethika yang santun, Rendah hati dan tidak boleh merasa Besar kepala .
jika ada Ki Sunda yg masih suka bersikap sombong adigung adiguna, itu namanya Kisunda Kajajaden ( Sunda jadi - jadian )
Kisunda yg tidak faham dg filosofi Sunda. Itulah beberapa inti sari dari Amanat Galunggung.
Sebelum mengakhiri paparannya, Anton Charliyan yang mantan Kadiv Humas Polri ini meminta kepada komunitas yang hadir agar memanfaatkan Sawala Budaya bersama BRI Tasikmalaya ini, untuk bisa mengupas berbagai persoalan di masyarakat. ”Dengan adanya Sawala Budaya ini, maka diharapkan dapat menjadi Problem solving baik dalam sektor budaya maupun ekonomi kerakyatan sebagai sumber kehidupan sehari - hari serta dapat mengobarkan semangat wawasan Kebangsaan, rasa persatuan dan kesatuan kepada seluruh masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Sunda, wabil khusus masyarakat Sukapura Tasikmalaya.
karena dlm Sawala ini juga melibatkan stakeholder terkait, seperti keterlibatan Bank BRI, Dinas Indag Kab.Tasikmalaya, KADIN, serta dinas/instansi terkait lainnya.
Sebagaimana diungkapkan Kadis Indag Bah Iwan Ridwan sbb : kini kami semua ,baik , Indag , Kadin maupun BRI , siap membantu untuk problem solving masalah ekonomi yg berbasis budaya dengan mengadakan berbagai pelatihan - pelatihan UMKM, seperti kursus Batik, Pandai besi Bedog, Bordir, Peternakan domba, pertanian dll, maupun peluang2 usaha lainnya demi kemajuan masyarakat Tasikmalaya di berbagai sektor,” ujarnya.
Lebih lanjut dia mengungkapkan rasa syukurnya, dengan dukungan dari BRI, kini pemerintah lewat Rumah BUMN siap juga membantu para budayawan dalam melaksanakan kegiatannya, baik itu dari segi sarana prasarana maupun dari soft skill, serta siap bantu permdoalan melalui program KUR . Adapun Khusus untuk sarpras kini Indag Kab. Tasikmalaya telah menyediakan gedung Kreatif di Pamoyanan Ciawi yang dapat digunakan selama 24 jam untuk kegiatan masyarakat, bahkan dari pihak KADIN sebagai mana diungkapkan H Cecep, ada program pengiriman Tenaga kerja profesional ke Jepang, diawali dengan melakukan pelatihan Bahasa dan keterampilan selama 6 bulan. Insya Allah akan dapat insentif min 25 jt/ bulan selama 3 tahun bekerja.
Acara berlangsung antusias dan penuh kekeluargaan , namun yg menjadi catatan khusus kepedulian BRI terhadap Budaya kali ini, mendapat apresiasi yang luar biasa dari seluruh kalangan masyarakat Sunda yang ada di Jawa Barat. (Ayu/*Red)