Dede Farhan Aulawi, Waspadai Upaya Pemindahan Medan Pertempuran ke Indonesia

  • Kamis, 10 November 2022 08:40
  • 94 Lihat
  • Tokoh

BANDUNG | Media Budaya Indonesia - Situasi dunia saat ini nampaknya sedang tidak baik-baik saja. Di saat pandemi covid 19 belum benar-benar pulih seratus persen, sudah timbul peperangan antara Rusia vs Ukraina dan semua juga tentu tahu bahwa pertempuran tersebut sejatinya bukan hanya Rusia vs Ukraina semata, Tetapi juga ada keterlibatan AS dan NATO. Meskipun sifat keterlibatannya masih dianggap tidak langsung. Mirisnya medan tempur dari dua kekuatan besar tersebut 'meminjam' tempat di Ukraina. ( 10/11/2022 )

Para pengamat militer maupun analis pertahanan memprediksi bahwa peperangan tersebut kemungkinan besar akan berlangsung lama sehingga sampai saat ini belum ada tanda-tanda pertempuran akan berakhir.

Jika dicermati dengan seksama, Pertempuran yang terjadi bukan hanya dalam perspektif militer semata, tetapi juga ada pertempuran di dunia siber dan juga pertempuran media dan informasi untuk saling menjatuhkan mental dan psikologis lawan, serta sekaligus membangun dan memelihara semangat tempur internal masing-masing kekuatan.

Dalam konteks ini, nampaknya semakin banyak yang mengkhawatirkan kemungkinan perang tersebut bisa meluas bahkan berdampak pada lahirnya kobaran perang dunia ke 3. Jika hal ini terjadi, ada kemungkinan penggunaan senjata nuklir yang bisa mengancam keselamatan dunia. Termasuk kemungkinan penggunaan senjata biologis dan kimia, maka daratan Eropa diprediksikan akan mengalami kerusakan parah. Bahkan mungkin menjadi kiamat bagi peradaban manusia, khususnya di dataran Eropa.

Kemudian di saat yang bersamaan, Australia mengklaim kepemilikan pulau pasir di NTT, Indonesia. Hal ini tentu menimbulkan reaksi keras dan tegas dari pemerintah dan rakyat Indonesia, sehingga memungkinkan terjadinya peperangan antara Indonesia vs Australia. 

Jika perang ini pecah, kemungkinan besar AS dan Inggris akan ikut campur membantu Australia karena mereka telah membentuk fakta pertahanan sendiri yang disebut AUKUS.

AUKUS sendiri muncul sebagai aliansi baru di bawah kesepakatan trilateral yang dinilai  sebagai pakta keamanan.  Aliansi yang terdiri dari Australia, Inggris dan Amerika tersebut dianggap sebagai manuver untuk melawan dominasi Republik Rakyat Tiongkok (RRT) yang dinilai semakin agresif di kawasan Indo-Pasifik.

Jika dilihat dari perspektif misinya, AUKUS dibentuk untuk menjaga stabilitas keamanan Indo-Pasifik. Namun kemungkinan yang terjadi justru sebaliknya dan menjadi latar belakang dari reaksi beragam negara-negara dalam kawasan salah satunya adalah Indonesia. Indonesia menyatakan kekhawatirannya terhadap perlombaan senjata yang mungkin tidak dapat terhindarkan.

Kemudian jika dianalisis menggunakan Regional Security Complex Theory dan Offense-Defense Theory dan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif, dapat diketahui bahwa dinamika geopolitik Indo-Pasifik cenderung memanas akibat persaingan pihak - pihak eksternal. Indonesia sebagai negara non-blok dan penganut politik bebas aktif tentu diharapkan mampu memaknai kembali prinsipnya dan tegas dalam mempelopori keamanan kolektif.

Apalagi dengan munculnya klaim sepihak terkait dengan pulau pasir yang pada akhirnya memancing perhatian banyak negara. Sikap Indonesia sendiri pasti akan tegas ketika berkaitan dengan kedaulatan wilayah. Jika masalah tersebut tidak bisa diselesaikan dengan diplomasi, maka konfrontasi nampaknya akan berujung pada peperangan. Indonesia tentu sudah siap dengan segala skenario terburuk yang mungkin terjadi saat berhadapan langsung dengan Australia.

Persoalannya Australia tidak berdiri sendiri, karena dibelakangnya ada AS dan Inggris. Kemudian jika Indonesia dikeroyok oleh mereka, negara - negara sahabat tidak mungkin berdiam diri. Sebut saja misalnya Rusia, China, Turki, Iran dan Korea Utara kemungkinan besar akan turun langsung membantu sehingga peperangan di Indo Pasifik ini kemungkinan akan menjadi peperangan besar dan menjadi awal perang terbuka ke arah Perang Dunia Ketiga.

Oleh karena itu, perkembangan situasi harus terus dipantau guna mengantisipasi kemungkinan terburuk. Semua anak bangsa harus dalam kondisi siaga. Negara yang meremehkan Indonesia kemungkinan lupa sejarah dengan ketangguhan perang bangsa Indonesia. Apalagi Indonesia juga memiliki banyak pasukan para militer dan laskar-laskar yang siap bergerak membela tanah airnya. Hal ini yang tidak banyak diketahui masyarakat dunia bahwa militer Indonesia memiliki kekuatan bayangan yang luar biasa untuk memukul mundur negara manapun yang mencoba menyerang Indonesia. 

Dari sketsa pertahanan nampaknya ada sesuatu yang patut diwaspadai yaitu upaya -upaya negara tertentu yang ingin memindahkan medan pertempuran yang sedang terjadi di Ukraina digeser ke Indonesia. Australia boleh jadi sebagai pihak yang mengumpan bola semata, dan pada akhirnya ada banyak kekuatan yang ingin meng-gol-kan tendangan ke gawang lawan.

Apalagi sebentar lagi pelaksanaan Presidensi G20 akan berlangsung di Bali pada saat kondisi dunia sedang kurang sehat. Segala kemungkinan harus dicermati dan direkalkulasi terhadap segala kemungkinan. Sekecil apapun variabel resiko harus diantisipasi guna meminimalisir kemungkinan adanya operasi asing yang berkolaborasi dengan aktor lokal. Semoga semua berjalan dengan baik dan situasi keamanan tetap terkendali dan kondusif.
Oleh : Dede Farhan Aulawi 
( Cp )

Komentar

0 Komentar