Dede Farhan Aulawi Paparkan “Tata Kelola Sarpras Pertahanan” Di Lanud ATS Bogor

  • Senin, 20 Juni 2022 12:53
  • 84 Lihat
  • Tokoh

BANDUNG | Budaya Indonesia - Dede Farhan Aulawi merupakan pria kelahiran Tasikmalaya tahun 1970 ini dikenal sebagai salah satu anak bangsa yang mendedikasikan fikiran dan kiprahnya di bidang pertahanan dan keamanan. Kecintaannya terhadap bangsa dan negara ia manifestasikan dengan memberikan sumbangsih pemikiran untuk memperkuat dan meningkatkan kompetensi SDM-nya. Di saat banyak orang lain menyampaikan kritik terkait kelemahan sistem pertahanan ataupun keamanan, Ia justeru senantiasa berfikir dan melakukan langkah – langkah perbaikan secara konkrit. Baginya mengkritisi suatu kekurangan itu mudah, justeru tanggung jawab terbesar yang ada di pundak setiap anak bangsa adalah bertindak untuk memperbaiki dan memperkuatnya. Itulah prinsip dasar dari pandangan hidupnya dalam menanamkan nilai – nilai bela negara di era modern ini.( 20/6/2022 )

Itulah sebabnya salah satu subjek yang sering ia paparkan di instansi militer terkait dengan penguatan SDM dan meningkatkan kemampurawatan (maintainablity) sarpras dan alutsista lainnya agar bisa mengimbangi dinamika perubahan lingkungan strategis yang berimplikasi terhadap keamanan nasional. Setiap pimpinan satuan harus memiliki visi yang futuristik artinya mampu membaca peta perkembangan lingkungan sehingga bisa mengambil langkah – langkah yang perlu guna mengantisipasi segala bentuk ancaman yang bisa mengganggu kedaulatan NKRI.

Dengan demikian, menurutnya dipandang perlu untuk melakukan penilaian (assesment) terhadap lingkungan strategis (lingstra) yang terus berkembang secara dinamis, termasuk mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, guna merumuskan potensi ancaman nyata atau ancaman potensial terhadap bangsa dan negara. Sishankamrata merupakan konsep dan doktrin yang tetap relevan dalam kehidupan bangsa sebagai wadah, isi dan tata laku pertahanan nasional di masa depan dengan revisi nilai instrumental agar tetap relevan dan kontekstual, sebagaimana juga dilakukan oleh Israel, Singapura, dan Perancis serta beberapa negara lainnya.

“ Coba saja perhatikan dinamika perkembangan situasi di Laut Cina Selatan yang semakin memanas, dimana berpotensi menimbulkan konflik yang melibatkan beberapa negara besar. Meskipun konflik tersebut tidak melibatkan Indonesia tetapi sedikit banyak akan berdampak pada Indonesia. Baik dari sisi keamanan, ekonomi, dan lain – lain. Kita bisa belajar dari kebijakan strategi pertahanan AS yang telah merumuskan doktrin beladiri preemtif (preemptive self defense) atau biasa disebut beladiri antisipatorik (anticipatory self defense). Kebijakan strategi pertahanan harus mengarah pada optimalisasi teknologi menuju integrated digitalized battlefield “, ujar Pemerhati Pertahanan Dede Farhan Aulawi 

Hal tersebut ia sampaikan setelah sebelumnya memaparkan  “Tata Kelola Sarpras dan Alutsista Pertahanan” di Lanud Atang Sendjaya, Bogor. Acara dibuka oleh Danlanud Marsma TNI Suliono, S.Sos dan diikuti oleh seluruh jajaran pejabat dan penerbang lanud Atang Sendjaya. Setelah paparan kemudian dilanjutkan dengan acara tanya jawab seputar pemeliharaan alutsista pertahanan untuk mempertahankan performance dan memperpanjang utilitas alutsista secara maksimal. Dede yang sebelumnya pernah bekerja di PT. DI (dulu IPTN) selama 26 tahun ini, memahami betul masalah teknologi dan regulasi yang terkait sehingga tanya jawab terasa semakin asyik.

Apalagi perkembangan teknologi semakin pesat maka sudah seyogyanya TNI melakukan modernisasi alutsista, meskipun tentu memerlukan sejumlah alokasi anggaran yang tidak sedikit.  Selain itu perlu terus diupayakan peningkatan kemampuan para komandan satuan dalam manajemen tempur dan diplomasi militer dalam rangka menyiapkan calon pemimpin di level yang lebih tinggi di bidang diplomasi pertahanan di tingkat internasional. Terlebih semakin berkembangnya medan pertempuran di dunia virtual seperti perang siber, maka kualitas prajurit harus terus ditingkatkan secara berkesinambungan sejalan dengan era Revolusi Industri 4.0.

Lebih lanjut Dede juga menjelaskan terkait pemenuhan kompetensi prajurit sesuai dengan perkembangan zaman, misalnya kemahiran dalam mengawaki teknologi militer terkini, seperti pemanfaatan unmanned system baik berupa robot maupun artificial intelligent dan cyber defense. Disinilah kelincahan dan kepiawaian komandan satuan semakin menuntut kemampuan dalam berinteraksi dengan sesama prajurit, robot dan integrated weopon system lainnya, maka diperlukan kemampuan untuk merekrut WNI  yang memiliki nasionalisme dan intelejensi yang tinggi.

“ Meningkatkan kemampurawatan alutsista menjadi sangat penting di tengah anggaran yang terbatas, maka utilitasnya panjang sehingga nilai manfaatnya akan terasa lebih efektif dan efisien. Upaya meningkatkan reliabilitas sistem alutsista yang terintegrasi juga semakin penting, sejalan dengan berbagai upaya dalam pemenuhan kompetensi dan kapasitas tempur prajurit. Termasuk upaya peningkatan kemampuan akademik, baik di bidang metodologi cara berpikir maupun di bidang komunikasi persuasif dan advokatif. Kualitas metodologi cara berpikir secara ilmiah sangat dibutuhkan agar senantiasa menggunakan perspektif yang ilmiah dalam menyelenggarakan operasi militer. Begitupun kemampuan komunikasi interaktif secara persuasif dan advokatif, mampu meningkatkan kemampuan dalam diplomasi pertahanan di lingkungan internasional dalam memperjuangkan segala kepentingan nasional. Kemudian yang tak kalah pentingnya adalah upaya untuk terus mengasah ketajaman analisis intelijen bagi para personil yang mengemban fungsi dan tugas intelijen strategis “, pungkas Dede mengakhiri percakapan ringan.
( Cp )

Komentar

0 Komentar