Dede Farhan Aulawi Sampaikan “Kepemimpinan Berintegritas” di Polres Pohuwato dan Boalemo

  • Kamis, 23 Juni 2022 15:39
  • 86 Lihat
  • Tokoh

BANDUNG | Budaya Indonesia - “ Mencari orang yang cerdas itu tidak mudah, tetapi mencari orang yang berintegritas jauh lebih sulit untuk mendapatkannya “, itulah kalimat pembuka dari seorang yang bernama Dede Farhan Aulawi ketika asyik diajak berbincang – bincang soal kepemimpinan. Meskipun ia sudah berkecimpung di dunia kepemimpinan, tapi kerendahan hatinya sebagai rakyat yang sudah terbiasa untuk melayani telah melekat menjadi identitas keluhuran pribadinya. Itulah sepenggal catatan media, melihat dan mengamati sepak terjang seorang putra Siliwangi bernama Dede Farhan Aulawi pria kelahiran Tasikmalaya tahun 1970 ini.

Meskipun ketika menginjakan kaki di bangku sekolah SMAN 1 Tasikmalaya ia sudah menyandang status yatim piatu, tetapi tidak pernah menyurutkan semangatnya untuk terus berjuang melakukan yang terbaik bagi masa depannya. Sebagai manusia biasa tentu ia pun memiliki banyak kekurangan, tetapi kekurangan baginya tidak dianggap sebagai sebuah kelemahan, melainkan sebuah kesempatan untuk menjadi kuat dan bisa membela yang lemah.

Idealisme yang ia miliki, ia bangun dan semua dipersembahkan sebagai ladang pengabdian terbaik, khususnya dalam melakukan penguatan dan pemenuhan kompetensi SDM. Salah satu isu strategis dalam SDM Kontemporer adalah Kepemimpinan Kontemporer. Kepemimpinan Kontemporer (Contemporary Leadership) memandang pemimpin sebagai individu yang memberikan inspirasi kepada para pengikutnya melalui kata-kata, berbagai ide, dan perilaku. Tetapi tentu bukan sekedar mengeluarkan perintah hanya karena modal legalitas formal saja sebagai atasan, namun dalam dirinya tercermin sebuah keteladanan. Dimana adanya satu kata antara apa yang ia ucapkan dengan apa yang ia lakukan. Itulah hakikat dan makna kepemimpinan kontemporer yaitu kepemimpinan yang memiliki integritas.

“ Semua orang yang pernah belajar tentu mengenal teori dasar dari macam – macam kepemimpinan, seperti kepemimpinan Karismatik, kepemimpinan Otoriter, kepemimpinan Demokratis, kepemimpinan Delegatif, kepemimpinan Transformasional, kepemimpinan Visioner, dan lain sebagainya. Tentu juga mengenal tiga pendekatan dalam gaya kepemimpinan, seperti pendekatan kepemimpinan menurut sifat (traits model), pendekatan kepemimpinan berdasarkan teori perilaku (behavioral model), dan pendekatan kepemimpinan menurut teori kontingensi (contingency model). Semua itu tentu mudah didapatkan dan di akses dari berbagai literatur sehingga bisa membaca dan mempelajari kapan saja. Namun ada hal terpenting yaitu menanamkan basis utama perilaku kepemimpinan itu sendiri, yaitu integritas dirinya yang bisa dicontoh oleh seluruh anggota atau stafnya “,  ujar Dede Farhan Aulawi di Bandung, Rabu (22/6).

Hal tersebut ia sampaikan setelah sebelumnya memaparkan materi Kepemimpinan Berintegritas di polres Pohuwato yang dihadiri oleh seluruh pejabat utama polres Pohuwato dan pejabat utama Polres Boalemo dan seluruh jajaran Kapolsek dari kedua polres tersebut. Acara sendiri dibuka oleh Kapolres Pohuwato yang didampingi oleh Kapolres Boalemo. Pada kesempatan tersebut, Dede sangat mengapresiasi semangat Kapolda Gorontalo Ijp. Akhmad Wiyagus untuk terus mensosialisasikan Kepemimpinan Berintegritas yang mampu membangun moralitas dan basis kepemimpinan berintegritas. 

“ Dalam konteks kepemimpinan saat ini, sebenarnya bukan saatnya bicara benar atau salah, karena mana yang benar dan mana yang salah tentu sudah tahu. Namun yang terpenting adalah membangun sikap mental dan moralitas yang luhur agak bisa tegak lurus pada aturan dan kebenaran. Konsistensi menjalankan tugas dengan penuh kejujuran dan dilandasi oleh sebuah keikhlasan akan melahirkan prestasi yang penuh ketauladanan dan kebanggaan. Bukan semata – mata untuk mencari pujian atau penghargaan, melainkan sebuah panggilan hati untuk melakukan yang terbaik sebagai wujud tanggung jawab pada tugas yang disertai panggilan moral untuk menjaga marwah dan kehormatan institusi. Inilah bentuk pengabdian terindah pada bangsa dan negara. Bekerja ikhlas bukan karena perintah dan tugas, melainkan sesuatu yang melekat dan menjadi kebiasaaan atas panggilan moral dan tanggung jawab. Apapun yang kita lakukan di dunia ini, semua akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Tuhan “, pungkasnya mengakhiri keterangan.
( Cp )

Komentar

0 Komentar