Burung Enggang, Burung Yang Dikeramatkan Oleh Suku Dayak

KALIMANTAN | Budaya Indonesia - Masyarakat suku Dayak sangat menghormati burung enggang, dan menganggapnya sebagai panglima burung. Hampir seluruh bagian tubuh burung enggang menjadi lambang dan simbol kebesaran dan kemuliaan suku Dayak. ( 25/5/2022 )

Burung yang termasuk dalam spesies yang dilindungi ini hampir tidak bisa dilepaskan dari kehidupan suku dayak. Makna burung enggang bagi suku Dayak menjadi salah satu tanda kedekatan masyarakat Nusantara dengan alam sekitarnya.

Burung enggang juga dianggap sebagai lambang perdamaian dan persatuan. Oleh karena itu, burung enggang dapat kita temukan di hampir setiap ruang masyarakat dayak, seperti pada patung, ukiran, lukisan, pakaian, rumah, balai desa, monumen, pintu-pintu gerbang, juga di makam-makam.

Bagi orang Dayak, enggang juga menjadi simbol seorang pemimpin yang ideal. Hal ini dikarenakan burung enggang terbang dan hinggap di gunung-gunung dan pepohonan yang tinggi, bulu-bulunya indah, dan suaranya terdengar ke mana-mana.

Sayapnya yang tebal menggambarkan pemimpin yang melindungi rakyatnya. Suaranya yang keras menyimbolkan perintah pemimpin yang selalu didengar oleh rakyat. Ekornya yang panjang menjadi tanda kemakmuran rakyatnya. Secara keseluruhan, burung enggang menyimbolkan watak seorang pemimpin yang dicintai rakyatnya.

Paruh burung enggang digunakan sebagai lambang pemimpin perang orang Dayak. Namun, karena orang Dayak mengeramatkan burung ini, orang dayak hanya mengambil paruh enggang yang sudah mati.

Bulu ekornya yang memiliki warna hitam dan putih digunakan dalam pakaian adat Kalimantan dan digunakan sebagai kostum dalam tari-tarian saat upacara adat. Para penari adat menggunakan bulu enggang sebagai hiasan kepala dan jari-jari tangan.

Burung yang panjangnya bisa mencapai 150 cm ini juga menjadi lambang kesetiaan dan kerukunan. Hal ini berangkat dari cara hidupnya yang unik. Burung enggang hidup berpasang-pasangan dan tidak dapat hidup tanpa pasangannya.

Burung Enggang atau Rangkong adalah satwa yang mempunyai kekhasan bentuk yang unik dan indah. 
Masyarakat suku Dayak di Kalimantan dalam kultur tradisi tidak pernah terlepas dari aspek fungsi yang bersifat substansial dari burung tersebut.

Banyaknya artefak berbentuk burung Enggang yang memiliki nilai historis dan makna filosofis pada tradisi kesenian Dayak seperti lukisan dinding, seni ukir, motif anyaman dan busana adat menunjukkan suatu indentitas kebudayaan. Menurut masyarakat suku Dayak tertentu burung Enggang merupakan lambang kehidupan, kesetiaan, perdamaian dan kepemimpinan.

Di Kalimantan Barat, Rangkong gading atau Enggang gading (Rhinoplax vigil) adalah burung berukuran besar dari keluarga Bucerotidae. Burung ini ditemukan di Semenanjung Malaya, Sumatera, dan Kalimantan. Burung ini juga menjadi maskot Provinsi Kalimantan Barat, dan termasuk dalam jenis fauna yang dilindungi undang-undang.

Selain berjasa untuk kelestarian hutan, enggang juga memiliki suara, fisik, dan pola perkembangbiakkan yang khas. Tiap jenis enggang pun memberikan makna yang beragam bagi manusia. Itulah mengapa di beberapa wilayah, enggang merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat.

Fakta yang harus diketahui :

Ada total 62 jenis burung Enggang yang tersebar di dunia. Sebanyak 30 jenis Enggang terdapat di Afrika, sedangkan 32 jenis lainnya ada di Asia. Di Indonesia sendiri, Enggang tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Kawasan Wallacea, dan Papua.

1. Burung ini dapat dikenali dari bentuk kepala dan paruhnya yang membesar. Paruhnya itu terbentuk dari bahan tanduk.

2. Walaupun terlihat berat, kepala burung enggang terbentuk dari bahan yang cukup ringan. 

3. Burung yang tinggal di kanopi hutan ini memakan buah-buahan di hutan. Burung ini berjasa menyebarkan biji-biji buah yang dimakannya ke seluruh penjuru hutan.

4. Burung enggang dapat hidup sangat lama. Usianya sekitar 35 sampai 40 tahun di alam liar.

5. Burung enggang ini pun setia pada pasangannya. Seekor burung enggang yang ditinggal pasangannya, tidak akan mencari pasangan baru.

6. Burung yang suaranya keras ini kerap bertengger di pohon-pohon yang tinggi. Sayapnya yang membentang saat burung ini terbang melayang dari pohon ke pohon di hutan. Saat terbang di hutan, burung ini sering mengeluarkan bunyi yang keras baik melalui suara maupun kepakan sayapnya.

Di Indonesia terdapat 14 spesies yang melekat menjadi filosofi kehidupan suku Dayak. Makna filosofi burung enggang dalam kehidupan suku Dayak Kalimantan sangat kental dengan kearifan lokal masyarakat setempat.   

Burung enggang bermakna sebagai satu tanda kedekatan masyarakat dengan alam sekitarnya. 
Seluruh bagian tubuh burung enggang dijadikan sebagai simbol kebesaran dan kemuliaan serta lambang perdamaian dan persatuan. Sayapnya yang tebal melambangkan pemimpin yang selalu melindungi rakyatnya. Sedangkan ekor panjangnya dianggap sebagai tanda kemakmuran rakyat suku Dayak. 

Selain itu, burung enggang juga dijadikan sebagai contoh kehidupan keluarga di masyarakat, agar senantiasa mencintai dan mengasihi pasangan hidupnya serta mengasuh anak mereka hingga menjadi orang yang mandiri dan dewasa.  

Suku Dayak Kalimantan dalam kehidupannya sangat erat dengan fauna yang satu ini. Meskipun cerita dan mitos terkait kisah burung enggang berbeda di setiap daerah, namun pada umumnya burung ini dianggap sakral dan tidak boleh diburu apalagi dimakan. 

Jumlahnya yang semakin sedikit pun menjadi alasan pemerintah untuk menjaga dan melindungi fauna ini melalui undang-undang. 
( Cp )

(Dilangsir Dari Berbagai sumber)

Komentar

0 Komentar