Adat Orom Sasadu Suku Sahu Di Halmahera Barat
- Rabu, 25 Mei 2022 17:55
- 398 Lihat
- Seni dan Budaya
HALMAHERA | Budaya Indonesia - Orom Sasadu merupakan upacara adat atau tradisi yang dilakukan masyarakat Halmahera Barat khususnya suku Sahu. Tradisi ini mempunyai nilai luhur yang kental dan memiliki makna yang mendalam. Tradisi berupa pesta makan bersama ini dinamakan Orom Sasadu. Orom berarti makan, sementara sasadu berarti rumah adat.
Masyarakat Sahu menggelar Orom Sasadu dua kali setahun. Ritual pertama biasanya digelar bulan Januari setelah selesai menanam. Dalam ritual itu, hanya digelar makan kecil yang tidak melibatkan banyak orang.
Setelah panen, baru digelar makan besar. Biasanya pada bulan Agustus. Meski dalam beberapa tahun terakhir, Orom Sasadu digelar pada sekitar bulan Mei dalam rangkaian acara Festival Teluk Jailolo.
Menurut kepercayaan asli Suku Sahu, digelarnya ritual Orom Sasadu akan mendatangkan hasil yang berlimpah pada musim panen berikutnya.
Salah satu keunikan ritual Orom Sasadu adalah durasinya yang bisa sangat panjang. Di masa silam, ritual ini berlangsung selama 7 hari 7 malam, 5 hari 5 malam, 3 hari 3 malam, atau cuma semalam, tergantung dari hasil panen yang diperoleh. Jumlah hari pelaksanaan ritual mesti ganjil.
Dulu, ritual makan bersama ini sangat ajaib. Selama acara yang berlangsung berhari-hari itu, mereka yang merayakannya tidak merasa mengantuk meski tidak tidur sama sekali. Mereka tidak merasa kenyang, meski makan terus-menerus sambil bernyanyi dan menari.
Mereka juga tidak mabuk, meski banyak meminum ciu (minuman keras tradisional khas Halmahera Barat). Meminum ciu menjadi keharusan bagi semua orang yang hadir dalam acara adat ini.
Salah satu makanan yang khas yang disajikan dalam acara makan bersama ini adalah nasi cala atau nasi kembar. Nasi yang dibungkus daun pisang ini dimasak dengan cara dibakar menggunakan bambu.
Ada makna khusus di balik menu tradisional ini. Nasi kembar melambangkan perdamaian, persatuan, serta gotong royong dan saling tolong-menolong antara Suku Sahu Talai dan Sahu Padisuwa.
Dengan demikian, tradisi yang telah berusia ratusan tahun ini juga memiliki fungsi untuk mempersatukan masyarakat serta menjaga kedamaian daerah setempat.
( Cp )