Grebeg Maulud: Puncak Perayaan Sekaten di Kota Solo

Surakarta I Media Budaya Indonesia.Com - Istilah Grebeg berasal dari kata gumbrebeg yang artinya riuh, ribut dan ramai. Salah satu rangkaian penting dalam upacara Grebeg Maulud adalah Sekaten. Upacara Tradisi Sekaten merupakan warisan budaya dari nenek moyang yang masih dilestarikan dan dipertahankan hingga sekarang.

Pelaksanaan upacara ini hingga sekarang masih tetap dilaksanakan setiap tahunnya. Upacara Tradisi Sekaten merupakan suatu peristiwa tradisional yang sangat populer serta senantiasa menarik perhatian puluhan ribu pengunjung, tidak saja datang dari daerah sekitar Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat akan tetapi juga dari tempat-tempat yang jauh. 

Perayaan sekaten dimulai pada tanggal 5 Rabiul Awal dan berakhir dengan Grebeg Maulud tanggal 12 Rabiul Awal yang ditandai dengan keluarnya gunungan. Gunungan berasal dari kata gunung, terdiri dari berbagai jenis makanan dan sayuran yang diatur bersusun meninggi menyerupai gunung. 
Pada hari pertama perayaan sekaten tanggal 5 Rabiul Awal, diawali dengan dikeluarkannya dua buah gamelan yang merupakan peninggalan jaman Demak dari dalam karaton. 

Seperti juga ditahun-tahun sebelumnya dalam menyambut Maulid Nabi Muhammad, tepat di tanggal 28 September 2023 Keraton Surakarta Hadiningrat menyelenggarakan Gerebeg Maulid di halaman Masjid Gede Surakarata. Diawali keluarnya gunungan dari dalam Keraton diiringi para abdi dalem.

Pengageng Sasana Wilapa Keraton Kasunanan Surakarta KRA. Dani Nur Adiningrat di sela acara menyampaikan bahwa Keraton Surakarta merupakan bagian dari Keraton Mataram Islam, karenanya setiap tahun selalu menyelenggarakan acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

"Acara ini dilaksanakan dengan gegap gempita, penuh kebesaran," katanya.

Ia mengatakan bahwa acara peringatan meliputi kegiatan pasar malam di alun-alun utara keraton serta pelaksanaan prosesi jamasan, miyos gongso, natap gongso, dan gamelan keraton sepekan lalu.

Rangkaian acara Grebeg Maulud di Keraton Solo dimulai sejak pukul 08.00 WIB di dalam Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Setelah rangkaian acara internal yang diikuti oleh abdi dalem dan sentono dalem (kerabat keraton), dua pasang gunungan, masing-masing terdiri dari dua gunungan estri (perempuan) dan dua gunungan jaler (laki-laki), kemudian dikeluarkan melalui Kori Kamandungan dan diarak menuju Masjid Agung Keraton sekitar pukul 10.30 WIB.

Melalui rute Supit Urang, Siti Hinggil, dan Alun-Alun Utara Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, dua pasang gunungan akhirnya tiba di halaman Masjid Agung sekitar pukul 11.00 WIB.
Halaman Masjid Agung Keraton Kasunanan Surakarta sudah penuh dengan ribuan warga yang menunggu sejak pagi (28/9/2023). 

Tafsir Anom Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, KRT Muh Muhtarom menjelaskan, setiap tradisi grebeg selalu melibatkan gunungan. Terdapat dua jenis gunungan, yakni gunungan estri yang melambangkan perempuan dan berisi makanan seperti intip dan rengginang, serta gunungan jaler yang melambangkan laki-laki dan berisi hasil bumi seperti kacang panjang, terong, wortel, cabai, dan sayuran lainnya.

"Sepasang gunungan melambangkan keseimbangan dalam kehidupan karena hidup ini selalu berpasangan. Ada laki-laki, ada perempuan. Gunungan laki-laki mencerminkan peran suami dalam mencari nafkah untuk keluarga, seperti bekerja dan sebagainya. Sementara gunungan istri berisi makanan siap saji, yang artinya istri harus menerima hasil dari suami untuk keluarganya," jelasnya.
(Atma)

Surakarta Seni dan Budaya # Media Budaya Indonesia.Com

Komentar

0 Komentar