18 Lansia Korban Dugaan Mafia Perbankan Datangi Mabes Polri
- Redaksi
- Rabu, 18 Mei 2022 07:54
- 95 Lihat
- Hukum
JAKARTA l Budaya Indonesia - Delapan wanita lansia asal Jawa Timur mendatangi Markas Besar (Mabes) Polri, di Jl. Trunojoyo No.3, RW.1, Selong, Kec. Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta, Selasa (17/05/2022). Sri Patokah, lansia asal Blitar beserta 10 orang lainnya mengaku menjadi korban mafia perbankan didampingi kuasa hukumnya Prof. Dr. Eggi Sudjana, S.H, M.Si dan Ketua Warung Nusantara (WN) 88 DKI Jakarta, H. Hendro Malvinas tiba di Bareskrim Polri, sekitar pukul 14.00 WIB.
Kedatangan Sri Patokah berniat melaporkan sejumlah bank swasta dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diduga melakukan perbuatan melawan hukum dengan sewenang wenang melelang dan mengeksekusi rumah milik 18 korban asal Blitar, Tulungagung, Ponorogo, Ngawi, Lamongan, Tuban, Batu dan Bojonegoro.
Akibatnya, sejumlah lansia yang mengaku menjadi korban dugaan praktik mafia perbankan ini, kini hidupnya terlantung lantung dengan numpang tinggal dirumah saudaranya dan tinggal di rumah yang tidak layak huni. Pengakuan Sri Patokah kerugian mencapai total Rp. 100 milyar.
"Kami hadir di Mabes Polri, mewakili teman teman Se-Jawa Timur untuk meminta keadilan kepada bapak Kapolri, yang hadir disini beliau-beliau adalah wakil dari Jawa Timur yang telah menjadi korban dugaan praktik mafia perbankan,"ungkap Patokah kepada Wartawan saat akan konsultasi dan melapor ke Bareskirm Polri Jakarta, Selasa (17/06).
Pihaknya yang di dampingi Pengacara Prof. Dr. Eggi Sudjana, S.H, M.Si beserta Ketua Warung Nusantara (WN) 88 DKI Jakarta, H. Hendro Malvinas dan Pembina WN 88 DKI Jakarta, Dwi Heri Mustika. SH
"Saya memohon bantuan bang Eggi dan tim semuanya, karena mereka membantu dengan Ikhlas tanpa mau dibayar sepeser pun. Karena kami rakyat kecil dan tidak punya apa apa lagi. Jangankan untuk sewa pengacara, untuk makan saja kami sangat kesusahan pasca kami kehilangan tempat tinggal," ucap Sri Patokah dengan berderai air mata.
"Rumah kami sudah dirampas sudah dihancurkan masih juga ada yang juga dipenjarakan,"jelas Sri Patokah. Pihaknya berharap kepada Kapolri Jendral Pol. Listiyo Sigit Prabowo dapat membantu para korban lansia dari kejahatan dugaan mafia perbankan. "Jadi mohon bantuan bapak Kapolri untuk mengungkap dan membantu kasus ini khususnya di Jawa Timur,” ungkap Sri Patokah.
“Karena beliau-beliau sudah habis (uang, red), sampai ngga punya apa-apa, ada yang sampai sakit ada yang sampai ada yang sudah meninggal. Jadi kami mohon bantuannya selamatkan kami. Kami rata rata hanya meminjam 35 jt tetapi aset senilai 1,5 milyar di lelang dan dirampas,” aku Sri Patokah yang terus menerus tidak bisa menahan air matanya jatuh dari pipinya.
"Ada yang ditangkap (penjara) padahal beliau korban. Ada juga yang rumahnya di hancurkan, disini diduga ada Notaris kenapa kok bisa balik nama semua (Sertifikat), saksi dan bukti kami lengkap,"tutur Sri Patokah. Di waktu dan tempat yang sama Eggi Sudjana, menyampaikan kehadirannya ke Bareskrim Polri dalam rangka mendampingi warga Jawa Timur yang diduga menjadi korban mafia Perbankan dan Mafia Tanah.
"Saya bersama rekan-rekan WN88 yang di wakili Dwi Heri Mustika dan Hendro, membawa kasus mengenai mafia perbankan sekaligus mafia tanah di Jawa Timur, yang terjadi di Blitar,Tulungagung, Ponorogo, Ngawi, Lamongan Tuban, Bojonegoro,” ujar Egi.
Hendro ketua WN88 berharap Kapolri dapat menindak lanjuti laporan warga tersebut.
"Hari ini kita mendapingi para korban untuk melaporkan oknum-oknum terkait mafia perbankan, kami meminta kapolri agar dapat menindaklanjuti apa yang menjadi harapan korban ini, agar mendapatkan keadilan di Negeri ini,"ujar Hendro Malvinas.
Dwi Heri Mustika,SH menambahkan, dugaan kecurangan dalam proses yang terjadi pada korban, dirinya menilai ini merupakan modus baru di dunia Perbankan. ia berharap perkara mendapat perhatian khusus dari Kapolri mengingat korban-korban adalah lansia dan dari golongan tidak mampu.
"Mungkin ini adalah salah satu modus baru di Indonesia, yakni praktik Mafia Perbankan. Karena dari kami pelajari sekilas berkas dan dokumen korban, kami menduga ada praktik mafia perbankan. Banyak kami temukan dugaan kecurangan, tipu muslihat dimana ini yang menjadi korban para lansia dari rakyat kecil. Nasib mereka kini terluntah-luntah, jadi kami dari WN 88 terpanggil, apa lagi saya asli warga Surabaya, dan ini warga Jatim. Saya berharap bapak Kapolri bisa membantu dan memperhatikan perkara ini, karena ini adalah rakyat perlu keadilan, yang menginginkan keadilan seadil-adilnya agar perkara ini terang benderang,” pungkasnya. (H.M)